"Ribut" dengan RI, Ini Kerugian Besar Australia dan Brasil

Australia dan Brasil telah meluapkan amarahnya setelah warga mereka yang jadi terpidana kasus narkoba dieksekusi tengah malam tadi. Namun, jika kedua negara itu “ribut” dengan Indonesia maka keduanya akan mengalami kerugian besar.
Australia diketahui memiliki hubungan perdagangan dan politik yang mendalam dengan Indonesia. Jika Australia “ribut” dengan Indonesia, negara itu berpotensi kehilangan pangsa pasarnya. Sejak 2011, Australia menjadi investor nomor sembilan terbesar di Indonesia.
Dalam kurun 2011 hingga 2012 nilai investasi Australia melonjak 700 persen. Di bidang perdagangan, total perdagangan dua negara mencapai USD 10 miliar lebih. Sedangkan versi buku statistik Indonesia 2013 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketujuh untuk Australia pada 2012.
Sedangkan Brasil meraup surplus US$5 miliar dari sektor perdagangan dengan Indonesia. Jika negeri Samba itu “ribut”dengan Indoensia, mereka juga berpotensi kehilangan kesepakatan ekspor militer besar ke Indonesia.
Indonesia sendiri sebelumnya akan meninjau pengadaan 16 skuadron pesawat super Tucano dari Brasil dan beberapa sistem peluncur roket setelah negara itu menolak credentials atau penyerahan mandat Duta Besar baru Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto. Penolakan Brasil itu terjadi ketika salah satu warganya dieksekusi tahap pertama di Indonesia Januari 2015 lalu.
Pada eksekusi tahap dua, dua warga Australia dan satu warga Brasil telah tewas ditangan regu tembak Indonesia. Dua warga Australia dan satu warga Brasil itu dituduh membawa narkoba ke Indonesia.
Australia pada Rabu (29/4/2015) telah mengumumkan akan menarik Dubes Paul Gibson dari Jakarta. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Brasil menyatakan, akan mengevaluasi hubungan dengan
Indonesia.
”Mengingat kurangnya jawaban yang memuaskan untuk banding kami, ini telah dievaluasi untuk memutuskan apa sikap kita terhadap terhadap Indonesia mulai dari sekarang,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Brasil, Sergio Franca Danese kepada wartawan, seperti dilansir Reuters.